Matahari secara teratur berinteraksi dengan bumi sehingga penting
bagi para ahli fisika matahari untuk terus memahami aktivitas matahari.
Periode badai matahari dapat mengganggu keamanan satelit dan jaringan
listrik.
Tidak hanya itu, astronot dapat terkena dampak dari semburan radiasi akibat badai matahari, oleh karena itu, para
ahli harus mendapatkan prediksi lengkap soal ini.
“Kami sedang mengamati sesuatu yang tidak biasa dari apa yang kami
lihat selama 100 tahun ini,” kata David Hathaway dari Marshall Space
Flight Center, NASA, di Huntsville, Alaska.
Dalam sebuah konferensi, 4 ahli fisika matahari menampilkan 4 metode
berbeda untuk mengukur dan memahami siklus matahari.
Bintik matahari merupakan area konsentrasi magnetis yang muncul
seperti bintik hitam di permukaan matahari. Alur aktivitas magnetis
matahari sangat berkaitan dengan bintik matahari yang membentuk siklus
matahari.
Secara umum, siklus terakhir sekitar 11 tahun dan membutuhkan 5,5
tahun untuk bergerak dari siklum minimum matahari periode di mana hanya
terdapat sedikit bintik matahari. Selanjutnya bintik terus bertambah
maksimum.
“Siklus terbaru merupakan kondisi minimum yang tidak biasa dari
jumlah tertinggi tanpa bintik matahari yang diamati peneliti sejak
1913,” ujar Hathaway.
Hathaway dan tim peneliti melakukan pengukuran yang disebut meridional
flow di mana sirkulasi materi bintang dari kutub matahari
berputar di sekitaran kutub tersebut. Alur ini sering berdampak pada
kekuatan siklus.
Ilmuwan menjelaskan perubahan dalam struktur alur ini serta level
aktivitas geomagnetis berkaitan dengan frekuensi minimum dan maksimum
dari siklus matahari.
Dalam pendekatan yang berbeda, Sushanta Tripathy dari National Solar
Observatory menggunakan frekuensi dari osilasi akustik untuk melihat
ciri dari perubahan siklus aktivitas matahari.
Tripathy menemukan bahwa perubahan frekuensi akustik, di sebagian
besar tempat berkaitan dengan aktivitas matahari. Namun selama
pergerakan minimum, ia menyadari bahwa frekuensi gelombang yang
menyelimuti sebagian besar wilayah matahari menyebabkan ini keluar dari
jalur aktivitas matahari.
Dua bentuk gempa telah terdeteksi menggunakan osilasiakustik yang
belum pernah dilihat pada siklus sebelumnya, ujar Tripathy yang memimpin
penelitian perpanjanganan minimum antara siklus 23 dan 24 yang tidak
biasa.
Frank Hill yang juga berasal dari National Solar Observatory
melakukan pendekatan yang berbeda dengan memprediksi siklus bintik
matahari berdasarkan fenomena di matahari yang berkaitan dengan arus
pancaran di matahari.
Aliran timur-barat di permukaan matahari pertama kali ditemukan pada
1980 dan dikenal sebagai torsional oscillation. Arus pancaran
ini hadir di kedalaman setidaknya 105 ribu kilometer di bawah permukaan
matahari. Dan Hill bersama tim penelitinya mampu menjelaskan perilaku
ini di kedalaman 966 kilometer.
Ini menunjukkan bahwa aliran muncul dengan baik sebelum level dari
aktivitas matahari meningkat. Ini mendorong peneliti menyimpulkan adanya
hubungan beberapa mekanisme yang memicu kemunculan sebelum aktivitas
onset.
Sementara pengamatan atas arus pancaran matahari ini dapat berguna
untuk memprediksi waktu siklus matahari, namun dibutuhkan data yang
lebih lengkap untuk memastikan akurasi metode ini.
Di pendekatan lain, Julia Saba dari SP System dan Goddard Space
Flight Center, NASA, di Greenbelt, menggunakan X-Ray dan indikator
kekuatan lahan magnetis sebagai cara memprediksi waktu penanda bagi
siklus matahari ini.
Saba menggunakan pemetaan magnetis dari matahari yang disebut synoptic
charts untuk mengamati siklus matahari ke 21 hingga 23 dan 24.
Dengan mengevaluasi kecendrungan dalam aktivitas X-Ray, Saba mampu
memprediksi kejadian sekitar 18 bulan mendatang dan akan lebih akurat
setidaknya 2 bulan.
“Pada bulan Mei 2010, kita melihat siklus 24 secara jelas di bawah
jalur, meskipun saat ini cukup sunyi di wilayah selatan pada umumnya,”
ujar Saba.
bagi para ahli fisika matahari untuk terus memahami aktivitas matahari.
Periode badai matahari dapat mengganggu keamanan satelit dan jaringan
listrik.
Tidak hanya itu, astronot dapat terkena dampak dari semburan radiasi akibat badai matahari, oleh karena itu, para
ahli harus mendapatkan prediksi lengkap soal ini.
“Kami sedang mengamati sesuatu yang tidak biasa dari apa yang kami
lihat selama 100 tahun ini,” kata David Hathaway dari Marshall Space
Flight Center, NASA, di Huntsville, Alaska.
Dalam sebuah konferensi, 4 ahli fisika matahari menampilkan 4 metode
berbeda untuk mengukur dan memahami siklus matahari.
Bintik matahari merupakan area konsentrasi magnetis yang muncul
seperti bintik hitam di permukaan matahari. Alur aktivitas magnetis
matahari sangat berkaitan dengan bintik matahari yang membentuk siklus
matahari.
Secara umum, siklus terakhir sekitar 11 tahun dan membutuhkan 5,5
tahun untuk bergerak dari siklum minimum matahari periode di mana hanya
terdapat sedikit bintik matahari. Selanjutnya bintik terus bertambah
maksimum.
“Siklus terbaru merupakan kondisi minimum yang tidak biasa dari
jumlah tertinggi tanpa bintik matahari yang diamati peneliti sejak
1913,” ujar Hathaway.
Hathaway dan tim peneliti melakukan pengukuran yang disebut meridional
flow di mana sirkulasi materi bintang dari kutub matahari
berputar di sekitaran kutub tersebut. Alur ini sering berdampak pada
kekuatan siklus.
Ilmuwan menjelaskan perubahan dalam struktur alur ini serta level
aktivitas geomagnetis berkaitan dengan frekuensi minimum dan maksimum
dari siklus matahari.
Dalam pendekatan yang berbeda, Sushanta Tripathy dari National Solar
Observatory menggunakan frekuensi dari osilasi akustik untuk melihat
ciri dari perubahan siklus aktivitas matahari.
Tripathy menemukan bahwa perubahan frekuensi akustik, di sebagian
besar tempat berkaitan dengan aktivitas matahari. Namun selama
pergerakan minimum, ia menyadari bahwa frekuensi gelombang yang
menyelimuti sebagian besar wilayah matahari menyebabkan ini keluar dari
jalur aktivitas matahari.
Dua bentuk gempa telah terdeteksi menggunakan osilasiakustik yang
belum pernah dilihat pada siklus sebelumnya, ujar Tripathy yang memimpin
penelitian perpanjanganan minimum antara siklus 23 dan 24 yang tidak
biasa.
Frank Hill yang juga berasal dari National Solar Observatory
melakukan pendekatan yang berbeda dengan memprediksi siklus bintik
matahari berdasarkan fenomena di matahari yang berkaitan dengan arus
pancaran di matahari.
Aliran timur-barat di permukaan matahari pertama kali ditemukan pada
1980 dan dikenal sebagai torsional oscillation. Arus pancaran
ini hadir di kedalaman setidaknya 105 ribu kilometer di bawah permukaan
matahari. Dan Hill bersama tim penelitinya mampu menjelaskan perilaku
ini di kedalaman 966 kilometer.
Ini menunjukkan bahwa aliran muncul dengan baik sebelum level dari
aktivitas matahari meningkat. Ini mendorong peneliti menyimpulkan adanya
hubungan beberapa mekanisme yang memicu kemunculan sebelum aktivitas
onset.
Sementara pengamatan atas arus pancaran matahari ini dapat berguna
untuk memprediksi waktu siklus matahari, namun dibutuhkan data yang
lebih lengkap untuk memastikan akurasi metode ini.
Di pendekatan lain, Julia Saba dari SP System dan Goddard Space
Flight Center, NASA, di Greenbelt, menggunakan X-Ray dan indikator
kekuatan lahan magnetis sebagai cara memprediksi waktu penanda bagi
siklus matahari ini.
Saba menggunakan pemetaan magnetis dari matahari yang disebut synoptic
charts untuk mengamati siklus matahari ke 21 hingga 23 dan 24.
Dengan mengevaluasi kecendrungan dalam aktivitas X-Ray, Saba mampu
memprediksi kejadian sekitar 18 bulan mendatang dan akan lebih akurat
setidaknya 2 bulan.
“Pada bulan Mei 2010, kita melihat siklus 24 secara jelas di bawah
jalur, meskipun saat ini cukup sunyi di wilayah selatan pada umumnya,”
ujar Saba.
Terakhir diubah oleh [ralqis] tanggal Sun 20 Jun 2010, 01:12, total 1 kali diubah