хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх
MAAF, FORUM DUNIA REMAJA INDONESIA PINDAH KE http://nadakeras.taro.tv/forum

Join the forum, it's quick and easy

хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх
MAAF, FORUM DUNIA REMAJA INDONESIA PINDAH KE http://nadakeras.taro.tv/forum
хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх

Situs/Web/Forum/Blog dan Komunitas Remaja (Indonesian Only)


You are not connected. Please login or register

Filsafat Pendidikan (Filsafat Essensialisme)

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

Semua Tugas Ane Saat Semester 4 tentang Filsafat Pendidikan



Terakhir diubah oleh ralqiser tanggal Sat 09 May 2009, 19:20, total 2 kali diubah

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

Filsafat Aliran Essensialisme

A. Aliran Esensialisme
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.

B. Ciri-ciri Utama
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Essentialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa depan umat manusia.
Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran para filosof ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal, monumental.
Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia.
Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagai peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini, terutama yang hidup pada zaman klasik: Plato, Aristoteles, dan Democritus. Plato sebagai bapak Objective-Idealisme adalah pula peletak teori-teori modern dalam Essentialisme. Sedangkan Aristotes dan Democritus, keduanya Bapak Objective-Realisme. Kedua ide filsafat itulah yang menjadi latar belakang thesis-thesis Essentialisme.
Yang amat dominan dalam Essentialisme tidak hanya filsafat klasik tersebut. Malahan lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman Renaissance, merupakan sokoguru aliran ini. Brameld menulis ciri utama Essentialisme itu sebagai berikut:
“Pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang, otoritas gereja yang dogmatis, dimana pengikut Essentialisme modern bertujuan mengusahakan suatu sistematika, konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern.”
Essensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Praktek filsafat pendidikan essensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi sepihak dari salah satu aliran yang ia sintesiskan.

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

C. Pandangan Ontologi Essentialisme
1. Sintesa ide idealisme dan realisme tentang hakikat realita berarti essensialisme mengakui adanya realita obyektif di samping pre-detrminasi, supernatural dan transcendal.
2. Aliran ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun Biologi. Krena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima oleh Essensialisme. Jadi, Semesta ini merupakan satu kesatuan yang mekanis, menurut hukum alam obyektif (Kausalitas). Manusia adalah bagian alam semesta dan terlihat, tunduk pada hukum alam.
3. Penapsiran Spiritual atas sejarah
Teori filsafat Heggel yang mensitesakan science dengan religi dalam kosmologi, berarti sebagai interpretasi sepiritual atas sejarah perkembangan realita semesta. Hukum apakah yang mengatur tiap fase perubahan dan tiap peristiwa sejarah, perubahan-perubahan social, dijawab problem itu secara prinsip:
“Bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan – pikiran yang di ekspresikan, dinamika abadi yang merubah dunia, yang mana ia secara sepiritual adalah realitas”.
4. Faham Makrokosmos dan Mikrokosmos
Makrokosmos adalah keseluruhan alam semesta raya dalam suatu deign dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal, suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan iitu, baik pada tingkat umum, pribadi manusia, ataupun lembaga.

D. Pandangan Epistemologi Essentialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi Essentialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmo, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestaan itu. Dari berdasarkan kualitas itulah dia memproduksi secara tepat pengetahuannya dalam bidang-bidang: Ilmu alam, Biologi, Sosial, Estetika, dan Agama.

1. Kontraversi jasmaniah-rohaniah
Perbedaan Idealisme dengan realisme ialah karena yang pertama menganggap bahwa rohaniah adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia hanya mengetahu melalui ide atau rohaniah. Sebaliknya realis berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di dalam danmelalui jasmani

2. Pengetahuan
a. Idealisme
• Kita hanya mengerti rohani kita sendiri. Tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain (Personalisme)
• Menurut Hegel: “Substansi mental tercermin pada hukum logika (Mikrokosmos) dab hukum alam (Makrokosmos). Hukum dialegtika berfikir, berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan kebudayaan manusia (Teori Dinamis).
• Teori Spekulatif
• Religious yang modern
• Saya sebagai finite being (Makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal sebagai realisasi resonasi jiwa saya dengan Tuhan. (Teori Absolutisme)

b. Realisme
Realisme dalam pengetahuan sangat dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya, cara menafsirkan manusia dalam realisme adalah:
• Teori Associationisme: Teori ini sangat dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke, atau ide-ide dan isi jiwa adalah asosiasi unsure-unsur penginderaan dan pengamatan. Penganut teori ini juga menggunakan metode introspeksi yang dipakai oleh kaum idealis (T.H. Green)
• Teori Behaviorisme: Aliran behaviorisme berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.
• Teori Connectionisme: Teori Connectionisme menyatakan semua makhluk hidup, termasuk manusia terbentuk tingkah lakunya oleh pola-pola connections between (Hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan Respone (R).

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

E. Pandangan Axiologi Essentialisme
Pandangan ontologi dan epistemologinya amat mempengaruhi pandangan axiology ini. Bagi aliran ini, nilai-nilai, seperti juga kebenaran berakar dalm dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber ini dari mana nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangan-pandangan idealisme dan realisme, sebab Essentialisme terbina oleh kedua sayap tersebut.

Teori Nilai

1. Menurut Idealisme
a. Idealisme: “Menurut aliran ini bahwa hukum etika adalah kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya jika ia secara active berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu”.
b. Idealisme Modern: “Idealisme lebih di ungkapkan oleh E. Kant: Bahwa manusia yang baik adalah manusia yang bermoral”.
c. Teori Sosial Idealisme: “Disini E. Kant menekankan akan adanya rasa sosialis, kekluargaan, patriotisme, dan nasionalisme. Yang dimaksud E. Kant adalah adanya kemerdekaan individu agar bisa bersosialisasi dengan manusia lainnya.
d. Teori Estetika: “Bahwa yang disebut nilai adalah suatu keindahan” (E. Kant).

2. Menurut Realisme
a. Etika Determinisme: “Semua unsur semesta, termasuk manusia adalah satu kesatuan dalam satu rantai yang tak berakhir dan dalam kesatuan hukum kausalitas. Seseorang tergantung seluruhnya pada sebab-akibat kodrati itu dan yang menentukan keadaannya sekarang, baik ataupun buruk.
b. Teori Sosial: Teori ini lebih menekankan kepada unsure ekonomi, social, politi dan Negara. Free man (Bertrand Russel). Dan lebih menekankan kepada kehidupan sekarang.
c. Teori Estetika: Menurut paham ini bahwa keindahan itu tidak hanya sesuatu yang bagus, namun ada pula yang buruk.

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

F. Pola Dasar Pendidikan Essensialisme
1. Analisa dan Penafsiran:
Bahwa tidak semua teori pendidikan essensialisme selalu langsung berasal dari filsafat essensialisme. Meskipun secara umum prinsip-prinsip utama filsafat konsisten dengan teori pendidikannya, namun essensialis percaya bahwa dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan modifikasi, pelengkap, bahkan penyimpangan (Deviasi) dari ajaran-ajaran filosof tokoh dadar teori yang murni, tetapi prakteknya memerlukan adaptasi dengan kondisi tertentu. Tidak semua idealis dan realis dapat digolongkan kamu essensialis dalam prinsip pendidikan. Namun Essensialis merupakan pemahaman yang bersumber kepada pendekatan idealis dan realis atau kombinasi kedua aliran itu.



2. Pola Dasar Pendidikan Essentialisme
Pola asasi pendidikan Essentialisme hanyalah berhubungan dengan teori dasar pendidikan. Sebab, soal-soal praktek pendidikannya adalah masalah praktis yang disesuaikan dengan kondisi yang incidental.

3. Pendidikan
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama adalah Johan Amos Cornenius (1592 - 1670), yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich Herbart (1776 - 1841) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai pengajaran.
Tokoh ketiga adalah William T. Harris (1835 - 1909) yang berpendapat bahwa tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke-satuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran Esensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun dari zaman ke zaman sejak zaman (Re¬naisans).
Essensialisme mempunyai tinjauan mengenai pendidikan yang berbeda dengan progressifisme. Kalau progressifisme menganggap bahwa banyak hal yang mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai yang dapat berubah serta berkembang, essensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadikan timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Pendidikan yang bersendikan tata nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dengan demikian, pendidikan haruslah bersendikan pada nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih agar mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh wktu. Dengan demikian, prinsip essensialisme menghen­daki agar landasan-landasan pendidikan adalah nilai-nilai yang essen­sial dan bersifat menuntun.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, Essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

4. Teori Belajar Essentialisme
Pada prinsipnya, proses belajar menurut Essensialisme adalah melatih daya jiwa potensial yang sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorption (menyerap) apa yang berasal dari luar. Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurikulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai perantara.

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

H. Kurikulum Essentialisme
Dianggap sebagai miniatur dunia yang oleh guru dan administrator pendidikan itu dipandang sebagai kenyataan benar, dan bernilai/berguna.

Menurut Essensialisme:
“Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat dikurangi sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan sikap yang berlaku di dalam kebudayaan yang demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah ada didasarkan pada urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.

I. Peranan Sekolah Menurut Essensialisme
Semua penganut Essensialisme di Amerika tanpa kecuali percaya dan menganut nili-nilai demokrasi. Demokrasi bagi mereka bukanlah semata-mata proses antara individu dengan masyarakat, antara pendapat tentang nilai sebagai alat atau sebagai tujuan. Melainkan lebih bermakna sebagai suatu susunan atas, lembaga-lembaga yang di warisi dimana pendidikan dan warga negara berkewajiban untuk menjunjung.
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga social yang ada didalam masyarakatnya serta membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina kemampuian penyesuaian diri individu kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapn-kecakapan dan ilmu pengetahuan.

J. Penilaian Kebudayaan atas Essentialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaanya, harus diusahakan melalui pendidikan.

K. Sifat Konservative Essensialisme
Sejarah sangat mengenang para tokoh-tokoh essenisalisme atas sumbangannya yang positif dalam filsafat seperti: Locke, Harris, Bagley, Thorndik dalam hal pendidikan. Tokoh Islam yaitu Ibnu Thufail dan Hayy Bin Yaqdhan.
Akibat kebudayaan itu selalu berubah dan berkembang, maka pendidikan harus mampu membina pribadi yang secara inteelgent sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan (Konservative). Prinsip kebudayaan Essensialisme kembali kepada kebudayaan silam, tidak berart jalan mundur, melainkan dapat ditafsirkan penentangan terhadap sesuatu yang baru, sebagai opponents of novel, ini dapat di artikan sebagai satu sikap konservatif. Kami, pemakalah sangat terharu jika ada seseorang yang berpikiran maju namun conservative dalam kebudayaan lamanya.

L. Kelemahan Essensialisme
Dengan konservativenya Essensialisme ini berarti merupakan suatu keterlambatan, keterbelakangan cultural. Ini bertentangan dengan proses perkembangan kebudayaan yang dinamis.

Observasi para ahli atas gejala conservative itu di sebabkan adanya 3 hal, yakni:
1. Sikap pemujaan atas social-heterage.
2. Teori Korespodensi dengan akibat-akibatnya (Tidak Kritis).
3. Pusat kepercayaan kepada hukum-hukum alam yang dipraktekan begitu saja ke dalam hukum-hukum kehidupandan kebudayaan.

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

SUMBER
1. Noor Syam Muhammad. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya. Usaha Nasional. 1986.
2. Salam Abdus. Pendidikan Filsafat. [You must be registered and logged in to see this link.] Forumotion. 2009.
3. Soyomukti Nuroni, S.pd: "Memahami Filsafat Essensialisme dan Progresivisme"
4. Sudrajat Akhmad. S.H. Landasan Pendidikan. [You must be registered and logged in to see this link.] Wordpress. 2008.
5. Fudhla Nisa. Filsafat Pendidikan Essensialisme. [You must be registered and logged in to see this link.] Blogspot. 2009.

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

Sponsored content



Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik