Pelarian dua kakak beradik gembong terorisme Syaifudin Zuhri dan Mohamad Syahrir akhirnya berakhir. Pelarian keduanya pun diketahui polisi berkat adiknya sendiri. "Kenyataan di lapangan yang mengantarkan polisi kemana-mana ya, itu adiknya Syahrir. Yang dibawa-bawa polisi kemana-mana ya adiknya itu. Cepunya polisi ya adiknya itu," kata Direktur Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (13/10/2009).
Yayasan Prasasti Perdamaian merupakan yayasan yang melakukan pendampingan dan rehabilitasi narapidana terorisme. Kantor yayasan terletak di Gedung Atrium Senen, Jakarta Pusat. Syafudin dan Syahrir merupakan anak dari pasangan Djaelani Irsyad-Asenih. Pasangan ini memiliki 8 anak. Anak pertama bernama Darmo, kemudian Anugerah, Mohamad Syahrir, Sabil Kurniawan, Syaifudin Zuhri, Sucihani, Syubhi, dan Eri.
Siapa adik yang menjadi mata-mata bagi Syaifudin dan Syahrir itu? Huda enggan menjelaskan lebih detail. "Ya itu cari sendiri siapa," jelasnya. (Kata gue yang nanya gondok )
Menurut Huda, model pelaku-pelaku ledakan bom Hotel Marriott dan Ritz-Carlton ini sama dengan pelaku bom Bali I yang banyak merekrut keluarga. Bahkan keluarga pula yang menjadi sumber kepolisian. "Ya bom Marriott ini sama dengan bom Bali I yang banyak menggunakan keluarga. Tapi keluarga juga yang akhirnya menjadi sumber informasi. Seperti Ali Imran juga," ungkapnya. Sebelum menangkap dua buron teroris, Densus mengintai Fajar Firdaus yang merupakan keponakan istri Syahrir. Fajar menyuruh Sonny Jayadi yang merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah jurusan Sains dan Teknologi yang kos di Jl Semanggi 1, Ciputat,
Tangerang, Banten untuk mencari kamar buat Syaifudin dan Syahrir. Densus akhirnya menangkap Fajar dan kemudian menggerebek dua buron kakak beradik tersebut.