SEJARAH
panjang bendera Merah Putih tercatat sebagai berikut. Tahun 1292,
Kerajaan Singosari di bawah Kertanegara mencapai kejayaannya. Tetapi di
samping itu, juga menjelang kehancurannya. Seorang raja dari Kediri
bernama Jayakatwang melancarkan pemberontakan. Namun mendapat
perlawanan dari tentara Singosari yang dipimpin oleh Raden Wijaya.
Catatan sejarah yang ditemukan pada tahun 1790 di Gunung Butak, sebelah
selatan Surabaya itu menyebutkan, "...Demikianlah keadaannya ketika
tentara Sri Maharaja (Raden Wijaya) bergerak terus sampai ke Rabut
Carat. Tak lama setelah itu, datanglah musuh dari arah barat. Ketika
itu juga Sri Maharaja bertempur dengan segala balatentaranya dan musuh
pun lari tunggang-langgang, setelah mengalami kekalahan besar. Tetapi
dalam keadaan demikian, di sebelah timur Hanyiru tampak panji-panji
musuh berkibar, warnanya merah putih. Melihat itu, Ardaraja, putra
Jayakatwang, meninggalkan pertempuran, berlaku hina dan lari menuju
Kapundungan..."
Sejarah lainnya mengatakan, pada zaman Kerajaan Mataram, warna merah
putih dikenal sebagai Gula Kelapa (Gula=merah, Kelapa=putih). Salah
satu bentuknya masih tersimpan sebagai pusaka dalam Keraton Surakarta,
yaitu bendera Kiai Ageng Tarub yang dasarnya berwarna putih dengan
tulisan Arab Jawa dan atasnya bergaris merah.
Dalam sejarah Pangeran Diponegoro, bendera Merah Putih kembali
berkibar. Tatkala perang terjadi (1825-1830), beliau yang sedang dalam
perjalanan berkata kepada Mangkubumi, "Paman, lihatlah rumah dan masjid
sedang dibakar, api merah menyala-nyala ke atas langit. Kini kita tak
berumah lagi di dunia."
Sesudah melihat ke arah Tegalrejo, ia memandang ke arah Selarong,
tempat rakyat mengibarkan bendera Merah Putih. Saat itu Pangeran
Diponegoro mengucapkan kata-kata yang masyhur kepada istrinya yang
bernama Ratnaningsih, "Perang telah mulai, kita akan pindah ke
Selarong. Pergilah Adinda ke sana, dan berikanlah segala intan permata
dan emas perakmu kepada rakyat yang mengikuti kita.”
Dalam peperangan tersebut, Pangerang Diponegoro pada tahun 1830 mengalami kekalahan. Dan Sang Merah Putih tidak berkibar lagi.
Pada tahun 1920, Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda, memilih panji
perkumpulan "Merah Putih Kepala Kerbau". Majalah perhimpunannya bernama
Indonesia Merdeka.
Tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda bernaung di bawah Merah Putih
dihiasi dengan lambang garuda terbang. Kemudian lambang garuda
menjadikan lambang tersendiri, sehingga tinggal warna Merah Putih.
Saat menjelang Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara ditugaskan untuk
meneliti bendera dan lagu kebangsaan. Diputuskan, bendera Merah Putih
harus berukuran panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Sedangkan maknanya;
merah berarti berani, dan putih berarti suci.
Begitulah perjalanan panjang bendera Merah Putih yang dikukuhkan
menjadi bendera nasional dalam UUD 1945 pasal 35; "Bendera Negara
Indonesia ialah Sang Merah Putih."
Nah itu sedikit ilmunya dari Saya sebagai hadiah di hari kemerdekaan Indonesia kita ini. MERDEKA!
panjang bendera Merah Putih tercatat sebagai berikut. Tahun 1292,
Kerajaan Singosari di bawah Kertanegara mencapai kejayaannya. Tetapi di
samping itu, juga menjelang kehancurannya. Seorang raja dari Kediri
bernama Jayakatwang melancarkan pemberontakan. Namun mendapat
perlawanan dari tentara Singosari yang dipimpin oleh Raden Wijaya.
Catatan sejarah yang ditemukan pada tahun 1790 di Gunung Butak, sebelah
selatan Surabaya itu menyebutkan, "...Demikianlah keadaannya ketika
tentara Sri Maharaja (Raden Wijaya) bergerak terus sampai ke Rabut
Carat. Tak lama setelah itu, datanglah musuh dari arah barat. Ketika
itu juga Sri Maharaja bertempur dengan segala balatentaranya dan musuh
pun lari tunggang-langgang, setelah mengalami kekalahan besar. Tetapi
dalam keadaan demikian, di sebelah timur Hanyiru tampak panji-panji
musuh berkibar, warnanya merah putih. Melihat itu, Ardaraja, putra
Jayakatwang, meninggalkan pertempuran, berlaku hina dan lari menuju
Kapundungan..."
Sejarah lainnya mengatakan, pada zaman Kerajaan Mataram, warna merah
putih dikenal sebagai Gula Kelapa (Gula=merah, Kelapa=putih). Salah
satu bentuknya masih tersimpan sebagai pusaka dalam Keraton Surakarta,
yaitu bendera Kiai Ageng Tarub yang dasarnya berwarna putih dengan
tulisan Arab Jawa dan atasnya bergaris merah.
Dalam sejarah Pangeran Diponegoro, bendera Merah Putih kembali
berkibar. Tatkala perang terjadi (1825-1830), beliau yang sedang dalam
perjalanan berkata kepada Mangkubumi, "Paman, lihatlah rumah dan masjid
sedang dibakar, api merah menyala-nyala ke atas langit. Kini kita tak
berumah lagi di dunia."
Sesudah melihat ke arah Tegalrejo, ia memandang ke arah Selarong,
tempat rakyat mengibarkan bendera Merah Putih. Saat itu Pangeran
Diponegoro mengucapkan kata-kata yang masyhur kepada istrinya yang
bernama Ratnaningsih, "Perang telah mulai, kita akan pindah ke
Selarong. Pergilah Adinda ke sana, dan berikanlah segala intan permata
dan emas perakmu kepada rakyat yang mengikuti kita.”
Dalam peperangan tersebut, Pangerang Diponegoro pada tahun 1830 mengalami kekalahan. Dan Sang Merah Putih tidak berkibar lagi.
Pada tahun 1920, Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda, memilih panji
perkumpulan "Merah Putih Kepala Kerbau". Majalah perhimpunannya bernama
Indonesia Merdeka.
Tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda bernaung di bawah Merah Putih
dihiasi dengan lambang garuda terbang. Kemudian lambang garuda
menjadikan lambang tersendiri, sehingga tinggal warna Merah Putih.
Saat menjelang Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara ditugaskan untuk
meneliti bendera dan lagu kebangsaan. Diputuskan, bendera Merah Putih
harus berukuran panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Sedangkan maknanya;
merah berarti berani, dan putih berarti suci.
Begitulah perjalanan panjang bendera Merah Putih yang dikukuhkan
menjadi bendera nasional dalam UUD 1945 pasal 35; "Bendera Negara
Indonesia ialah Sang Merah Putih."
Nah itu sedikit ilmunya dari Saya sebagai hadiah di hari kemerdekaan Indonesia kita ini. MERDEKA!