хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх
MAAF, FORUM DUNIA REMAJA INDONESIA PINDAH KE http://nadakeras.taro.tv/forum

Join the forum, it's quick and easy

хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх
MAAF, FORUM DUNIA REMAJA INDONESIA PINDAH KE http://nadakeras.taro.tv/forum
хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
хХх::[Dunia Remaja Indonesia]::хХх

Situs/Web/Forum/Blog dan Komunitas Remaja (Indonesian Only)


You are not connected. Please login or register

Isi email dari Ibu Prita Mulyasari yang

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

ralqis

ralqis
[DRI] Pendiri

Kasus Ibu Prita Mulyasari, yang terpaksa mendekam di dalam tahanan
hanya karena “email curhat”nya beredar luas di internet sungguh sangat
menyedihkan.<br><br>Bagi yang penasaran dengan isi email dari Ibu Prita Mulyasari, ini adalah isi dari email tsb, di ambil dari <a href="http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/06/03/1112056/inilah.curhat.yang.membawa.prita.ke.penjara" target="_blank">kompas.com</a><br><br><blockquote><p><em>RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF</em></p>
<p><em>Prita Mulyasari - suaraPembaca</em></p>
<p><em>Jangan sampai kejadian saya ini menimpa ke nyawa manusia
lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat
berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title
international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka
semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.</em></p>
<p><em>Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi
saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal
7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan
pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS
tersebut berstandar International, yang tentunya pasti mempunyai ahli
kedokteran dan manajemen yang bagus.</em></p>
<p><em>Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan
hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan
hasilnya adalah trombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah
200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr I (umum) dan
dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang
dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama
yaitu thrombosit 27.000.</em></p>
<p><em>dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan.
Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta
dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi
saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah
positif demam berdarah.</em></p>
<p><em>Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa
penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut
untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa
ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa
dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke
suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak
tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.</em></p>
<p><em>Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap
masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya
sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita.
Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini
supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter
profesional standard Internatonal.</em></p>
<p><em>Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang
setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan
setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang
memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan
pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus
dan suntikan disertai banyak ampul.</em></p>
<p><em>Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus
dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang
sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin
naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga
tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan
akan menunggu dr H saja.</em></p>
<p><em>Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster
untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter
tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus
udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H
tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya
dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan
yang sakit sekali.</em></p>
<p><em>Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya
terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga
datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.</em></p>
<p><em>Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan
kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya
minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan
suntikan dan obat-obatan.</em></p>
<p><em>Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan
kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami
dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya,
suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan
serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah
terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan
mata kiri.</em></p>
<p><em>dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter
tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan
obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami
berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab
mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa
rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan
keterangan yang memuaskan.</em></p>
<p><em>Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya
juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya
tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi,
saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya
dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.</em></p>
<p><em>Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air
besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS
ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang
diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.</em></p>
<p><em>Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun
sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan
yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan
setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa
catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya
desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab
tersebut.</em></p>
<p><em>Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima
oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima.
Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya
benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak
ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh
tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.</em></p>
<p><em>Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan manajemen.
Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service
Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian
yang terjadi dengan saya.</em></p>
<p><em>Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat
pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000
bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan
kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.</em></p>
<p><em>Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah
komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi
komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab
27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara
lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan
akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan
surat tersebut jam 4 sore.</em></p>
<p><em>Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi
saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular.
Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan
namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa
laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.</em></p>
<p><em>Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni
yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan
sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga
mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS
yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi
sehingga terjadi sesak napas.</em></p>
<p><em>Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab
27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas
dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya.
Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang
belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.</em></p>
<p><em>Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan
keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai
jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah
saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim
dan ada tanda terima atas nama Rukiah.</em></p>
<p><em>Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah
saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan
mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya
dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana
kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati
dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.</em></p>
<p><em>Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai
pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS
ini cantum.</em></p>
<p><em>Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat
tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke
resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati
kami.</em></p>
<p><em>Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas
ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal
yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan
suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari
sebelum masuk ke RS Omni.</em></p>
<p><em>Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena
saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau
fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.</em></p>
<p><em>Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka
sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang
sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan
sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung
tertangani dengan baik.</em></p>
<p><em>Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS
ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi
saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari
keserakahan ini.</em></p>
<p><em>Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS
Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti
permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat
di RS lain.</em></p>
<p><em>Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata
saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan
saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini
membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.</em></p>
<p><em>Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya
masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh
sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh
mengecewakan.</em></p>
<p><em>Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS
Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak,
orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis.
Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.</em></p>
<p><em>Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah
karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G,
dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia
hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM
juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan
perawatan medis dari dokter ini.</em></p>
<p><em>Salam,<br>
Prita Mulyasari<br>
Alam Sutera</em></p></blockquote>
<p>Bila sekarang para elite politik ikut turun tangan atau ikut
mengambil kesempatan dalam kasus ini menjelang pemilu presiden, ini
adalah berkah bagi Ibu Prista Mulyasari. Semoga kebebasan segera di
dapat bagi Ibu Prista Mulyasari.</p><br>

https://www.facebook.com/profile.php?id=100001069460412

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik