Ilmuwan remaja Indonesia tampil cemerlang di tingkat dunia dengan perolehan medali emas terbanyak dan jumlah keseluruhan medali di antara mitra-mitra mereka dari Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Rusia, Hongaria, dan Polandia.
Jakarta, 30/4 (Roll Sports) - Ilmuwan remaja Indonesia tampil cemerlang di tingkat dunia dengan perolehan medali emas terbanyak dan jumlah keseluruhan medali di antara mitra-mitra mereka dari Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Rusia, Hongaria, dan Polandia.
“Kami bangga, Indonesia menjadi juara umum pada International Conference of Young Scientists (ICYS) ke-16 yang berlangsung di Pszczyna, Polandia, 24-28 April 2009,” demikian pernyataan Kepala Bidang Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Warsawa Any Muryani yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Ketua delegasi Indonesia pada ICYS Monika Raharti sebelumnya melaporkan bahwa pihaknya berhasil menggolkan keseluruhan 10 hasil penelitian para siswa Indonesia yang dipresentasikan di depan dewan juri dengan perolehan 10 medali, terdiri atas enam medali emas, satu perak dan tiga perunggu.
Dengan demikian, keseluruhan penelitian ilmuwan muda Indonesia yang dipertandingkan telah mendapat pengakuan internasional dan bahkan mengungguli berbagai negara superpower di bidang sains. Ini merupakan puncak prestasi berkat kerjasama keras anak-anak didik Prof. Yohanes Surya, kata Any Muryani.
Berdasarkan pengumuman panitia, berturut-turut hasil-hasil yang dicapai oleh negara negara peserta adalah Indonesia (6 emas, 1 perak, 3 perunggu); Jerman (3,4,2), Belanda (3,1,2), Amerika Serikat (3,0,0), Rusia (2,3,3), Hongaria (2,2,2), dan Polandia (2,2,1).
Negara-negara lainnya yang memperoleh medali adalah Belarus (1,1,0), Georgia (0,3,2), Ukraina (0,1,2), Ceko (0,0,2), dan Kroasia (0,0,1).
ICYS adalah lomba presentasi karya ilmiah remaja bergengsi tingkat dunia di bidang penelitian ilmu fisika, matematika, ilmu komputer, dan ekologi yang diselenggarakan setiap tahunnya mulai 1994.
Pertemuan tahunan ilmuwan remaja pada tingkat dunia itu dimaksudkan untuk menggali potensi peneliti muda yang kelak dapat berperan dalam penemuan dan pengembangan keilmuan untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh umat manusia di dunia.
Dalam acara pembukaan tanggal 24 April di Museum Istana Pszczyna yang dihadiri oleh Presiden ICYS dan pejabat pemerintahan Polandia, Dubes RI Warsawa Hazairin Pohan dalam pidato sambutan menjelaskan Indonesia tampil untuk kedua kalinya di Polandia, setelah partisipasi pada ICYS 2005 yang lalu di Katowice yang hanya menghasilkan satu perunggu dan sebuah penghargaan khusus.
Dubes RI juga menyampaikan undangan bagi peneliti dari seluruh dunia untuk ambil bagian dalam pertemuan ICYS ke-17 yang akan dilangsungkan di Bali pada bulan April 2010, dengan Indonesia sebagai tuan-rumah.
Dalam pesannya kepada kontingen Indonesia, Dubes mendorong agar para siswa bertanding dengan percaya diri dan menajamkan kemampuan artikulasi dalam mempresentasikan temuannya di depan juri internasional menjadi kunci keberhasilan. Semua presentasi hasil riset dilakukan dalam bahasa Inggris.
Tuan rumah
Indonesia akan menjadi negara Asia yang pertama dipercaya menjadi tuan rumah sejak ICYS diselenggarakan pada tahun 1994. ICYS berdiri pada tahun 1994 diprakarsai oleh Eotvos Lorand University, Budapest Hungaria, dan Belarusian State University, Minsk, Belarus.
Indonesia, bersama India dan Jepang, duduk bersama mewakili Asia, mulai mengirimkan delegasi untuk pertandingan ilmiah tersebut mulai tahun 2005, bertarung dengan rekan-rekan mereka dari negara-negara Amerika dan Eropa. Prof. Yohanes Surya, Ph.D ditunjuk menjadi representatif ICYS untuk Indonesia sejak tahun 2004.
Hasil lengkap yang diraih peneliti muda Indonesia adalah sebagai berikut:
Tiga medali emas di bidang lingkungan hidup dengan judul (1) Durian to Fight Mosquito, oleh Jessica Karli dan Yosephine Livia Pratiknyo dari SMA Cita Hati Surabaya; (2) Saccharomyces Sp. : An Agent for Remedy of Oil Pollution oleh Gabriella Alicia Kosasih dan Teresa Maria Karina dari SMA St. Laurensia Tangerang, (3) Biological Control Using Trichogramma japonicum as Egg Parasite oleh Vincentius Gunawan dan Fernanda Novelia dari SMP Petra 3 Surabaya.
Dua medali emas dari fisika dengan judul presentasi (1) Balinese Gamelan: A Brainwave Synchronizer Oleh Idelia Chandra dan Christopher Alexander Sanjaya dari SMA St. Laurensia Tangerang, (2) Electrostatic Precipitator as The Solution of Military Tanks? Smoke Negative Effects oleh Guinandra Lutfan Jatikusumo dari SMA Taruna Nusantara Magelang.
Satu emas dari ilmu komputer dengan judul penelitian M-Batik : The Computation of Indonesia?s Dying Traditional Batik Design oleh Nugra Akbari dari SMA Global Mandiri Jakarta.
Kontingen Indonesia juga meraih satu perak dengan penelitian : Durian Seeds As Raw Material For Ketchup Sauce And Crisp oleh Dwiky Rendra Graha Subekti dari SMA St. Theresiana 01 Semarang.
Indonesia juga dapat tiga perunggu, dengan judul penelitian (1) “The Effect Of Myrmelleon SP On Blood GlucoseLevel Of Rats” oleh Lydia Felita Limbri dan Allen Michelle Wihono dari SMA St. Laurensia Tangerang; (2) “The Effects Of Mangostin On The Spermatogenesis Of Male White Mice”, oleh Melissa Nadia Natasha dan Terrenz Kelly Tjong dari SMA St. Laurensia Tangerang; dan (3) “Fin With Mathematics Using Hamming Code on Birthdate Guesser karya I Made Rayo Putra Indrawan dan Andika Setia Budi dari SMA Petra 2 Surabaya.
Membanggakan
“Sangat membanggakan bahwa Indonesia tampil memukau pada presentasi enam makalah di bidang lingkungan hidup yang selaras dengan peranan global Indonesia untuk masalah-masalah lingkungan,” kata Dubes Hazairin Pohan.
Menurut dia, mayoritas hasil penelitian di bidang ekologi yang dipaparkan oleh para pelajar kita dalam festival keilmuan dunia itu mencerminkan concerns Indonesia yang dipercaya PBB menjadi salah satu troika untuk mengatasi perubahan iklim global.
“Yang lebih membesarkan hati kita bukan saja karena Indonesia menjadi juara umum, tetapi capaian terbaik medali emas juga diraih oleh Vincentius Gunawan dan Fernanda Novelia yang notabene adalah pelajar pada tingkat SMP, yakni siswa dari SMP Petra 3 Surabaya. Ini menunjukkan minat keilmuan serta keunggulan anak-anak didik kita bahkan pada tingkat pelajar SMP juga mendapat pengakuan dunia,” demikian Dubes Pohan.
Indonesia pertama kali mengikuti lomba ini pada ICYS ke-12 pada tahun 2005 di kota Katowice, Polandia. Ketika itu Tim Indonesia membawa penelitian di bidang Fisika yang berjudul “The Physics of Badminton” memperoleh satu medali perunggu yang diraih oleh Dhina Pramita Susanti asal sekolah dari SMAN 1 Semarang - Jawa Tengah bersama Chrisanthy Rebecca Surya asal sekolah dari SMA Dian Harapan Tangerang.
Penelitian bidang Fisika lainnya adalah dengan judul “Chaos in The Experimental Problem of The IPHO 35″, memperoleh Special Award yang diraih oleh Anneke Nelce Bowaire asal sekolah dari SMAN 1 Serui, Papua bersama Diatra Zulaika Husodo asal sekolah dari SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta.
Pada ICYS ke-13 tahun 2006 di Stuttgart, Jerman, Tim Indonesia mengirimkan enam peserta (lima bidang Fisika dan satu bidang Ekologi) berhasil meraih dua perunggu dalam bidang penelitian fisika. Pada ICYS ke-13 ini pula untuk pertama kalinya, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi anggota tim juri bidang Fisika, Monika Raharti, M.Si. yang juga sebagai team leader yang memimpin kontingen Indonesia di Pszczyna.
Sebuah medali perak dalam bidang Fisika berhasil diraih oleh Tim Indonesia pada ICYS ke- 14 pada tahun 2007 yang diadakan di kota Saint-Petersburg, Rusia.
Prestasi Tim Indonesia meningkat terus, pada tahun 2008 ICYS ke-15 yang diselenggarakan di kota Chernivtsky, Ukraina, Tim Indonesia meraih satu perak di bidang Ekologi, satu perunggu di bidang Ekologi, dua perunggu di bidang Fisika, empat Special Award yaitu untuk Best Performance bidang Fisika, untuk Teaching in Physics bidang Fisika, untuk Most Creative Research bidang Computer Science dan untuk Best Research bidang Matematika.
:67: :67: :67:
Gak percuma gw ngajarin
Jakarta, 30/4 (Roll Sports) - Ilmuwan remaja Indonesia tampil cemerlang di tingkat dunia dengan perolehan medali emas terbanyak dan jumlah keseluruhan medali di antara mitra-mitra mereka dari Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Rusia, Hongaria, dan Polandia.
“Kami bangga, Indonesia menjadi juara umum pada International Conference of Young Scientists (ICYS) ke-16 yang berlangsung di Pszczyna, Polandia, 24-28 April 2009,” demikian pernyataan Kepala Bidang Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Warsawa Any Muryani yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Ketua delegasi Indonesia pada ICYS Monika Raharti sebelumnya melaporkan bahwa pihaknya berhasil menggolkan keseluruhan 10 hasil penelitian para siswa Indonesia yang dipresentasikan di depan dewan juri dengan perolehan 10 medali, terdiri atas enam medali emas, satu perak dan tiga perunggu.
Dengan demikian, keseluruhan penelitian ilmuwan muda Indonesia yang dipertandingkan telah mendapat pengakuan internasional dan bahkan mengungguli berbagai negara superpower di bidang sains. Ini merupakan puncak prestasi berkat kerjasama keras anak-anak didik Prof. Yohanes Surya, kata Any Muryani.
Berdasarkan pengumuman panitia, berturut-turut hasil-hasil yang dicapai oleh negara negara peserta adalah Indonesia (6 emas, 1 perak, 3 perunggu); Jerman (3,4,2), Belanda (3,1,2), Amerika Serikat (3,0,0), Rusia (2,3,3), Hongaria (2,2,2), dan Polandia (2,2,1).
Negara-negara lainnya yang memperoleh medali adalah Belarus (1,1,0), Georgia (0,3,2), Ukraina (0,1,2), Ceko (0,0,2), dan Kroasia (0,0,1).
ICYS adalah lomba presentasi karya ilmiah remaja bergengsi tingkat dunia di bidang penelitian ilmu fisika, matematika, ilmu komputer, dan ekologi yang diselenggarakan setiap tahunnya mulai 1994.
Pertemuan tahunan ilmuwan remaja pada tingkat dunia itu dimaksudkan untuk menggali potensi peneliti muda yang kelak dapat berperan dalam penemuan dan pengembangan keilmuan untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh umat manusia di dunia.
Dalam acara pembukaan tanggal 24 April di Museum Istana Pszczyna yang dihadiri oleh Presiden ICYS dan pejabat pemerintahan Polandia, Dubes RI Warsawa Hazairin Pohan dalam pidato sambutan menjelaskan Indonesia tampil untuk kedua kalinya di Polandia, setelah partisipasi pada ICYS 2005 yang lalu di Katowice yang hanya menghasilkan satu perunggu dan sebuah penghargaan khusus.
Dubes RI juga menyampaikan undangan bagi peneliti dari seluruh dunia untuk ambil bagian dalam pertemuan ICYS ke-17 yang akan dilangsungkan di Bali pada bulan April 2010, dengan Indonesia sebagai tuan-rumah.
Dalam pesannya kepada kontingen Indonesia, Dubes mendorong agar para siswa bertanding dengan percaya diri dan menajamkan kemampuan artikulasi dalam mempresentasikan temuannya di depan juri internasional menjadi kunci keberhasilan. Semua presentasi hasil riset dilakukan dalam bahasa Inggris.
Tuan rumah
Indonesia akan menjadi negara Asia yang pertama dipercaya menjadi tuan rumah sejak ICYS diselenggarakan pada tahun 1994. ICYS berdiri pada tahun 1994 diprakarsai oleh Eotvos Lorand University, Budapest Hungaria, dan Belarusian State University, Minsk, Belarus.
Indonesia, bersama India dan Jepang, duduk bersama mewakili Asia, mulai mengirimkan delegasi untuk pertandingan ilmiah tersebut mulai tahun 2005, bertarung dengan rekan-rekan mereka dari negara-negara Amerika dan Eropa. Prof. Yohanes Surya, Ph.D ditunjuk menjadi representatif ICYS untuk Indonesia sejak tahun 2004.
Hasil lengkap yang diraih peneliti muda Indonesia adalah sebagai berikut:
Tiga medali emas di bidang lingkungan hidup dengan judul (1) Durian to Fight Mosquito, oleh Jessica Karli dan Yosephine Livia Pratiknyo dari SMA Cita Hati Surabaya; (2) Saccharomyces Sp. : An Agent for Remedy of Oil Pollution oleh Gabriella Alicia Kosasih dan Teresa Maria Karina dari SMA St. Laurensia Tangerang, (3) Biological Control Using Trichogramma japonicum as Egg Parasite oleh Vincentius Gunawan dan Fernanda Novelia dari SMP Petra 3 Surabaya.
Dua medali emas dari fisika dengan judul presentasi (1) Balinese Gamelan: A Brainwave Synchronizer Oleh Idelia Chandra dan Christopher Alexander Sanjaya dari SMA St. Laurensia Tangerang, (2) Electrostatic Precipitator as The Solution of Military Tanks? Smoke Negative Effects oleh Guinandra Lutfan Jatikusumo dari SMA Taruna Nusantara Magelang.
Satu emas dari ilmu komputer dengan judul penelitian M-Batik : The Computation of Indonesia?s Dying Traditional Batik Design oleh Nugra Akbari dari SMA Global Mandiri Jakarta.
Kontingen Indonesia juga meraih satu perak dengan penelitian : Durian Seeds As Raw Material For Ketchup Sauce And Crisp oleh Dwiky Rendra Graha Subekti dari SMA St. Theresiana 01 Semarang.
Indonesia juga dapat tiga perunggu, dengan judul penelitian (1) “The Effect Of Myrmelleon SP On Blood GlucoseLevel Of Rats” oleh Lydia Felita Limbri dan Allen Michelle Wihono dari SMA St. Laurensia Tangerang; (2) “The Effects Of Mangostin On The Spermatogenesis Of Male White Mice”, oleh Melissa Nadia Natasha dan Terrenz Kelly Tjong dari SMA St. Laurensia Tangerang; dan (3) “Fin With Mathematics Using Hamming Code on Birthdate Guesser karya I Made Rayo Putra Indrawan dan Andika Setia Budi dari SMA Petra 2 Surabaya.
Membanggakan
“Sangat membanggakan bahwa Indonesia tampil memukau pada presentasi enam makalah di bidang lingkungan hidup yang selaras dengan peranan global Indonesia untuk masalah-masalah lingkungan,” kata Dubes Hazairin Pohan.
Menurut dia, mayoritas hasil penelitian di bidang ekologi yang dipaparkan oleh para pelajar kita dalam festival keilmuan dunia itu mencerminkan concerns Indonesia yang dipercaya PBB menjadi salah satu troika untuk mengatasi perubahan iklim global.
“Yang lebih membesarkan hati kita bukan saja karena Indonesia menjadi juara umum, tetapi capaian terbaik medali emas juga diraih oleh Vincentius Gunawan dan Fernanda Novelia yang notabene adalah pelajar pada tingkat SMP, yakni siswa dari SMP Petra 3 Surabaya. Ini menunjukkan minat keilmuan serta keunggulan anak-anak didik kita bahkan pada tingkat pelajar SMP juga mendapat pengakuan dunia,” demikian Dubes Pohan.
Indonesia pertama kali mengikuti lomba ini pada ICYS ke-12 pada tahun 2005 di kota Katowice, Polandia. Ketika itu Tim Indonesia membawa penelitian di bidang Fisika yang berjudul “The Physics of Badminton” memperoleh satu medali perunggu yang diraih oleh Dhina Pramita Susanti asal sekolah dari SMAN 1 Semarang - Jawa Tengah bersama Chrisanthy Rebecca Surya asal sekolah dari SMA Dian Harapan Tangerang.
Penelitian bidang Fisika lainnya adalah dengan judul “Chaos in The Experimental Problem of The IPHO 35″, memperoleh Special Award yang diraih oleh Anneke Nelce Bowaire asal sekolah dari SMAN 1 Serui, Papua bersama Diatra Zulaika Husodo asal sekolah dari SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta.
Pada ICYS ke-13 tahun 2006 di Stuttgart, Jerman, Tim Indonesia mengirimkan enam peserta (lima bidang Fisika dan satu bidang Ekologi) berhasil meraih dua perunggu dalam bidang penelitian fisika. Pada ICYS ke-13 ini pula untuk pertama kalinya, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi anggota tim juri bidang Fisika, Monika Raharti, M.Si. yang juga sebagai team leader yang memimpin kontingen Indonesia di Pszczyna.
Sebuah medali perak dalam bidang Fisika berhasil diraih oleh Tim Indonesia pada ICYS ke- 14 pada tahun 2007 yang diadakan di kota Saint-Petersburg, Rusia.
Prestasi Tim Indonesia meningkat terus, pada tahun 2008 ICYS ke-15 yang diselenggarakan di kota Chernivtsky, Ukraina, Tim Indonesia meraih satu perak di bidang Ekologi, satu perunggu di bidang Ekologi, dua perunggu di bidang Fisika, empat Special Award yaitu untuk Best Performance bidang Fisika, untuk Teaching in Physics bidang Fisika, untuk Most Creative Research bidang Computer Science dan untuk Best Research bidang Matematika.
:67: :67: :67:
Gak percuma gw ngajarin